8 Cara Memarahi Anak Biar Tidak Sampai Luka Batin

Ditulis oleh : Theofilus Richard
Ditinjau oleh : dr. Rr. Rizki Arinda Demia Larasati
Meski sedang marah, orangtua tetap perlu berusaha bicara dengan tenang - AlteaCare | Foto: Envato

Meski sedang marah, orangtua tetap perlu berusaha bicara dengan tenang - AlteaCare | Foto: Envato

Selasa, 26 Juli 2022

Marah pada anak itu normal saja dialami oleh setiap orangtua. Tapi, seperti halnya anak belajar mengendalikan emosi, orangtua pun perlu belajar memarahi anak dengan cara yang lebih konstruktif supaya anak tidak sakit hati.

Sudah jadi tanggung jawab orangtua untuk menegur, bahkan memarahi anak saat ia melakukan kesalahan. Ini supaya anak bisa belajar dan berkembang menjadi pribadi yang baik saat besar nanti.

Masalahnya, mental anak bisa saja down akibat perkataan kita. Atau, peristiwa dimarahi ini membekas terus di benaknya hingga bertahun-tahun kemudian. Padahal, bukan itu maksud kita untuk memarahinya, bukan?

Nah, untuk itu, kita sebagai orangtua perlu juga belajar cara memarahi anak yang benar. Yuk, simak beberapa tipsnya berikut ini!

Begini Cara Memarahi Anak yang Benar

Beberapa hal ini perlu Anda ingat saat ingin memarahi anak:

1. Berbicara dengan Tenang

Supaya pesan bisa diterima anak, cobalah bicara dengan tenang. Pastikanlah anak mengerti apa yang membuat Anda marah dan kenapa Anda marah.

Lalu, tanya pada anak, apa alasannya melakukan kesalahan tersebut dan berusahalah untuk memahami dari sudut pandangnya.

Penelitian menyebutkan berdialog dengan anak bisa meningkatkan kemampuan kognitif dan verbal anak, sekaligus mencegahnya mengalami luka batin di kemudian hari.

Baca Juga: 8 Cara Mengatasi Anak Pemarah. Pahami Emosinya!

2. Perhatikan Kondisi Tubuh Saat Marah

Sobat Altea tahu tidak, ternyata sikap tubuh kita saat lagi bicara normal dan sedang marah sangat berbeda!

Menurut Stanford Parenting Center saat marah tubuh memberikan beberapa sinyal peringatan. Misalnya, detak jantung jadi lebih meningkat dan napas jadi lebih cepat. Sebagian orang juga bisa merasa tegang di area leher, rahang, dan kepalan tangan.

Nah, kondisi ini harus benar-benar kita sadari saat marah. Lebih baik tenangkan diri dulu sebelum berhadapan dengan anak.

3. Tetap Berpikir Logis

Saat marah, kadang kita jadi sulit kendalikan diri. Namun, jangan sampai emosi mengambil alih logika kita, sehingga akhirnya kita melakukan hal-hal yang akhirnya berdampak buruk bagi psikologis anak.

Satu hal yang harus disadari: sering kali anak tidak bermaksud bikin Anda marah. Jadi, tetap fokus pada usaha untuk menjelaskan pada anak apa kesalahannya. Bukannya pada emosi yang Anda rasakan akibat tindakan anak tersebut.

4. Objektif dan Hindari Menghakimi

Saat anak melakukan kesalahan, tegur dia berdasarkan apa yang ia lakukan saat itu. Bukannya mengungkit kesalahan lalu yang mungkin tidak relevan.

Hindari juga menilai atau menghakimi dirinya. Atau menyimpulkan secara umum atas tindakan kecil yang ia lakukan.

Misalnya, anak tidak mau membereskan kamar tidurnya yang sudah sangat berantakan. Lalu, Anda berkata, “Ah, kamu memang anak pemalas!”

Contoh lain, anak lupa mengerjakan PR pada hari itu, sehingga dapat teguran dari gurunya. Anda lalu berkata, “Kamu itu memang tidak pernah bikin PR!”

Berikan pujian dan teguran secara spesifik pada setiap hal yang anak lakukan dengan benar.

5. Selingi dengan Humor

Menegur anak dengan cara humoris juga bisa jadi cara yang baik dibanding dengan membentaknya. Humor tersebut bisa berbentuk sindiran, sarkasme, dan lain-lain.

Menurut studi dari University of Northern Iowa, humor dapat membangun kedekatan antara orangtua dengan anak, meredakan stres, dan ketegangan pada anak.

Teguran yang diselingi humor juga membantu perkembangan kognitif anak.

6. Jangan Defensif

Saat dimarahi, anak mungkin balas melontarkan kritik atau protes terhadap Anda. Jangan sampai ini malah bikin Anda emosi dan semakin memarahi, atau malah jadi berdebat atau protes balik.

Coba pahami apa yang bikin anak membalas, lalu bicarakan hal itu dengannya. Tanyakan solusi yang dia pikirkan untuk masalah tersebut.

7. Time Out!

Anak tidak paham ketika dimarahi? Tidak sadar juga apa kesalahannya? Malah balik marah pada Anda? Oke, saatnya time out!

Anda bisa ajak anak untuk jeda sejenak dan minta dia masuk kamar. Anda sendiri pun perlu tenangkan diri bila emosi rasanya sudah naik sampai kepala.

Menurut pakar dari University of Arkansas Medical Science, melakukan time out dan jeda sesaat dapat membantu orangtua dalam mendisiplinkan anak. Bahkan, ini bisa lebih efektif dibandingkan memukul, berteriak, atau mengancam anak.

Kebijakan ini juga bisa dilakukan untuk mengatasi anak dengan masalah perilaku, seperti sering tantrum, suka memukul, dan lain-lain. Lakukan ini hanya jika perilaku anak sudah keterlaluan, semisal melakukan hal berbahaya atau tidak mau menurut.

Baca Juga: 7 Keterampilan Sosial yang Perlu Dimiliki oleh Anak

8. Berikan Kesempatan Kedua

Ketika anak melakukan kesalahan, berikan kesempatan kedua untuk memperbaikinya. Ini bertujuan mengajarkan anak, bahwa selalu ada solusi dalam setiap situasi sulit.

Misalnya ketika anak bermain-main di rumah hingga membuat ruangan berantakan, mintalah dia merapikannya kembali seperti semula.

Itulah sejumlah cara memarahi anak supaya tidak sampai luka batin.

Bila Anda ingin berkonsultasi lebih lanjut seputar kondisi kesehatan maupun psikologis si Kecil, jangan ragu buat janji telekonsultasi dengan dokter spesialis di AlteaCare, ya!

Yuk, unduh aplikasi AlteaCare dan segera buat janji dengan dokter andalan!




Sumber:

  • Nationwide Childrens. Diakses pada Maret 2022. Anger Management: Strategies for Parents and Grandparents
  • Association of American Universities. Diakses pada Maret 2022. Talking With Your Children Is Important for Their Brain Development
  • Web MD. Diakses pada Maret 2022. How to Manage Your Anger as a Parent
  • Parents. Diakses pada Maret 2022. 6 Best Ways to Manage Your Child's Anger
  • Aswegaen Thornhill, C. J. (2002). Literature review: using humor with children.
  • Zolten, K., & Long, N. (2006). Time-out as a discipline technique. 
  • Healthy Place. Diakses pada Maret 2022. Is There a Way to Discipline a Child Who Just Won’t Listen?
0 Disukai
0 Komentar