Tak Perlu Marah-marah, Begini Cara Atasi Anak Yang Tantrum

Ditulis oleh : Nur Lella
Ditinjau oleh : dr. Rr. Rizki Arinda Demia Larasati
Reaksi yang diperlihatkan anak saat tantrum merujuk pada suatu kondisi - AlteaCare | Foto: Envato

Reaksi yang diperlihatkan anak saat tantrum merujuk pada suatu kondisi - AlteaCare | Foto: Envato

Minggu, 29 Agustus 2021

Luapan emosi berlebihan, seperti berteriak marah, menjerit-jerit, atau menangis, sering diperlihatkan oleh anak yang sedang tantrum. Buat orangtua yang punya anak berusia di bawah tiga tahun, bisa jadi ini adalah pemandangan sehari-hari. Tapi, sejauh mana tantrum itu wajar bagi anak seusia itu?

Dari sudut pandangan orang dewasa, tantrum adalah tindakan yang tidak beralasan yang dilakukan oleh anak demi cari perhatian atau disengaja untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Misalnya, menangis histeris ingin mainan saat di toko mainan. Atau marah karena sudah waktunya tidur siang.

Namun, ada apa sebenarnya di benak seorang anak yang sedang tantrum? Menurut R. Douglas Fields, seorang ahli saraf sekaligus penulis buku Why We Snap: Understanding the Rage Circuit in Your Brain, ada dua bagian otak yang bekerja saat anak mengalami tantrum.

“Pertama adalah amigdala, yang utamanya berfungsi untuk memproses emosi, seperti rasa takut atau marah. Kedua, adalah hipotalamus, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi tubuh, seperti detak jantung atau suhu tubuh,” katanya seperti dilansir dalam situs New York Times.

Ibaratnya, kalau amigdala itu seperti pendeteksi asap yang menandakan adanya api, maka hipotalamus berperan untuk menentukan apakah akan menyiram air atau malah minyak ke api tersebut.

Jadi, kalau si Kecil mendadak mengamuk ketika diminta untuk tidur sendiri di kamarnya, itu bukan berarti dia sengaja mau mengganggu. Namun, itu karena amigdalanya mendeteksi adanya bahaya, sehingga hipotalamus kemudian membuatnya menjadi mengamuk.

Kenapa anak alami tantrum?

Menurut riset yang dimuat di Journal of Pediatric Nursing Reaksi yang diperlihatkan anak saat tantrum pada dasarnya merujuk pada satu kondisi. Yaitu bahwa saat itu anak sedang berjuang dengan perasaannya sendiri. Perilaku yang diperlihatkan mencerminkan dua jenis emosi. Berteriak, menjerit, atau mengamuk menandakan si Kecil sedang marah. Sementara menangis berarti kesedihan.

Riset ini juga mendapati bahwa tantrum lebih sering dialami oleh anak berusia di bawah tiga tahun. Hal ini mungkin dikarenakan anak-anak yang lebih besar itu sudah lebih mandiri, lebih sadar akan diri sendiri, dan bisa mengendalikan apa yang ada di sekitarnya.

Hubungan antara orangtua dan anak turut memengaruhi kebiasaan tantrum. Anak yang kurang mendapatkan dukungan dari orangtuanya cenderung menggunakan tantrum untuk memaksa orangtua menuruti keinginannya.

Bukan berarti Anda lantas bukan orangtua yang baik. Namun, ada masanya anak belum pandai mengendalikan emosinya, sehingga akhirnya membuat emosi anak meledak menjadi tidak terkendali.

Baca juga: Seperti Apa Pola Asuh Yang Tepat Untuk Anak ADHD?

Bagaimana cara mengatasi tantrum pada anak?

Tantrum adalah luapan emosi yang umumnya terkait dengan keseharian anak. Studi memperlihatkan bahwa kegiatan-kegiatan rutin kegiatan makan, tidur, dan memakai pakaian dapat menjadi waktu terjadinya tantrum.

Ketika mereka merasa lelah, tidak nyaman atau sakit, kelaparan, merasa diabaikan, atau butuh rasa aman, kemudian kegiatan rutin itu tidak bisa berjalan dengan baik, saat itulah mereka akan tantrum. Dengan begitu, perhatian orangtua akan tertuju padanya dan berusaha memenuhi kebutuhan mereka.

Strategi terbaik yang bisa dilakukan orangtua dalam menghadapi anak yang sedang tantrum adalah dengan mengendalikan diri terlebih dulu. Setelahnya, barulah memberi tanggapan pada perilaku si Kecil.

Yang bisa Anda lakukan:

  • Bersikap tenang, tidak panik, atau malah balik memarahi anak. Berikan rasa nyaman kepada si Kecil.
  • Pahami kondisi yang membuat anak menjadi marah, mengamuk, atau menangis.
  • Jika perlu dan memungkinkan, tinggalkan anak sejenak. Tenangkan emosi Anda agar nantinya dapat menanggapi perilaku anak dengan lebih positif.

Saat memberikan tanggapan pada anak:

  • Bersikaplah fleksibel. Ada kalanya tantrum yang diperlihatkan anak bisa diatasi justru dengan mengabaikannya. Setelah dia tenang, barulah ajak dia bicara.
  • Berbicaralah dengan tenang, hangat, dan empatik. Emosi positif yang Anda perlihatkan akan dipahami oleh benak si Kecil sebagai tanda bahwa tidak ada bahaya di sekitarnya. Dengan sendirinya, dia juga akan memberi respons positif.
  • Fokus pada tindakan, bukannya kata-kata. Ingat, anak bisa merasakan emosi Anda lewat postur tubuh, intonasi suara, dan ekspresi wajah. Mungkin lebih baik Anda tak banyak bicara, cukup duduk di sampingnya dan mengelus-elus punggung atau kepalanya.
  • Saat berinteraksi dengan si Kecil, membungkuklah sedikit dan tatap matanya. Ini menandakan Anda mendengarkan dan berempati padanya.
  • Jika si Kecil sedang kesal-kesalnya sehingga menolak saat dipegang atau diajak berinteraksi, tidak perlu ditanggapi. Beri dia ruang untuk sendiri dulu.
  • Begitu juga ketika tantrum membuat anak melukai diri mereka sendiri atau orang lain, sebaiknya bawa dia ke tempat yang lebih aman dantenang.
  • Rangsang sensoriknya dengan memberikan mainan yang bisa dipegang-pegang. Atau minta dia menarik napas panjang dan mengembuskannya.
  • Studi yang dimuat di jurnal Family Relation menemukan bahwa para ibu yang bisa mengendalikan emosinya cenderung untuk bisa memberi tanggapan yang lebih lembut pada anaknya. Pola asuh yang minim kata-kata negatif atau kasar dapat membuat masalah perilaku pada anak dapat lebih tertanggulangi dengan baik, termasuk untuk masalah tantrum.

Setelah tantrum reda dan si Kecil sudah bisa diajak bicara dengan tenang, duduklah bersamanya dan minta dia mengingat kembali apa yang sudah terjadi.

Alih-alih mengoreksi perilakunya, cukup katakan padanya bahwa Anda bisa mengerti kenapa dia marah, mengamuk, atau menangis. Tegaskan padanya bahwa bagaimanapun juga, orangtua akan selalu ada dan menyayanginya.

Baca juga: Ortu Wajib Tahu, 7 Hal Penting Soal Down Syndrome Pada Anak

Saat sedang terjadi, tantrum adalah problem yang sulit untuk dihadapi orangtua. Anda bisa mendiskusikan masalah ini dengan dokter spesialis anak apabila tantrum yang dialami sampai mengganggu kesehatannya.

Lakukan konsultasi dengan dokter dari rumah saja melalui aplikasi AlteaCare. Unduh aplikasinya melalui Google Playstore atau Appstore, kemudian daftar dan jadwalkan konsultasi Anda.

Sumber:

  • New York Times. Diakses pada 2021. The Science Behind Your Child’s Tantrums.
  • Journal of Pediatric Nursing. Diakses pada 2021. Assessment of Temper Tantrums Behaviour Among Preschool Children in Jordan
  • Cleveland Clinic. Diakses pada 2021. Temper Tantrums
  • Kids Health. Diakses pada 2021. Temper Tantrums
  • Family Relation. Diakses pada 2021. The Interface of Maternal Cognitions and Executive Function in Parenting and Child Conduct Problems.
0 Disukai
0 Komentar