Berbeda Dengan Flu, Seperti Ini Gejala Pneumonia Pada Anak

Ditulis oleh : Irene J. Meiske
Ditinjau oleh : dr. Prinandita Saraswati
Pneumonia pada anak lebih sering disebabkan oleh virus terutama virus RSV - AlteaCare | Foto: Envato

Pneumonia pada anak lebih sering disebabkan oleh virus terutama virus RSV - AlteaCare | Foto: Envato

Kamis, 23 September 2021

Ketika si Kecil demam dan batuk-batuk, banyak orangtua berpikir ini tanda-tanda dia kena flu. Nanti juga akan sembuh sendiri. Atau, orangtua yang sigap langsung memberi anaknya obat flu. Tapi ternyata batuk yang dialami tidak kunjung berhenti, malah semakin hebat. Bisa jadi, batuk-batuk itu bukanlah karena flu melainkan pneumonia.

Pneumonia adalah salah satu gangguan kesehatan yang sering dialami oleh anak-anak. Data dari badan kesehatan dunia WHO menyebutkan, sekitar 15% balita di dunia meninggal akibat pneumonia pada 2017. Gangguan pneumonia yang sering juga disebut paru-paru basah ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.

Pneumonia pada anak lebih sering disebabkan oleh virus, terutama oleh respiratory syncytial virus (RSV) atau virus RSV. Sementara jenis bakteri penyebab pneumonia yang paling sering dialami anak, terutama bayi usia 1-3 bulan, adalah streptococcus pneumoniae.

Baca juga: 4 Fakta Penting Seputar Flu Singapura yang Dialami Anak

Selain itu, bakteri lainnya yang sering jadi penyebab pneumonia adalah haemophilus influenzae tipe b (Hib). Virus lain seperti virus corona, yang menjadi salah satu sumber pandemi terbesar di dunia, juga dapat menyebabkan pneumonia.

Sekarang ini sudah ada banyak pengobatan untuk mengatasi gejala pneumonia, termasuk pada anak. Namun, untuk melindungi kesehatan si Kecil, para orangtua perlu melakukan pencegahan. Salah satunya dengan mengenali gejala khas gangguan kesehatan yang satu ini.

Sehari-hari, banyak orangtua yang keliru mengartikan keluhan yang dialami anak. Gejala pneumonia sering dianggap sama seperti tanda-tanda batuk, pilek, atau flu biasa. Coba baca penjelasan ini supaya tidak salah lagi, ya.

1. Awalnya kelihatan seperti batuk

Gejala pneumonia pada anak dapat dilihat berdasarkan usia. Pada bayi baru lahir, tanda-tanda yang sering terlihat adalah rewel dan sulit makan. Napasnya cepat dan terlihat ada tarikan di dada disertai rintihan. Ini dikarenakan si Kecil mengalami kekurangan oksigen (hipoksik).

Sementara bila si Kecil sudah berusia di atas 1 bulan, keluhan batuk umum terlihat. Pada anak-anak yang lebih besar serta remaja, batuk bisa berdahak atau tidak berdahak, disertai dengan demam, nyeri pada dada, dehidrasi, bahkan lemas.

Orangtua dapat mengamati gangguan pernapasan yang terlihat pada anak dengan mencoba menghitung berapa kali dia mengambil napas dalam satu menit. Panduan standar yang diberikan oleh WHO adalah:

  • Anak berusia di bawah 2 bulan: 60 kali atau lebih
  • Anak berusia 2-12 bulan: 50 kali atau lebih
  • Anak berusia 1-5 tahun: 40 kali atau lebih

2. Mengalami demam

Ketika si Kecil sedang flu, keluhan yang dirasakan adalan demam, badan lemas, disertai batuk kering. Sepintas, ini mirip dengan yang dialami ketika si Kecil terkena pneumonia. Pneumonia pada anak juga dapat membuat si Kecil demam dan cenderung lemas.

Tetapi, ada beberapa perbedaan penting yang perlu jadi pegangan orangtua saat memantau kondisi anak:

  • Flu biasanya muncul tiba-tiba, akibat paparan virus pada saluran penapasan atas. Sementara, pneumonia adalah gangguan infeksi yang muncul setelah paru-paru dipenuhi oleh cairan dalam kurun waktu tertentu.
  • Keluhan flu dapat disertai dengan sakit kepala atau nyeri pada tubuh. Sementara gejala pneumonia banyak terfokus pada masalah pernapasan. Seperti batuk, terasa sakit sewaktu menarik napas, dan sulit bernapas. Selain itu, pada anak napas juga terdengar cepat dan berbunyi.
  • Pada anak-anak yang lebih besar, gejala pneumonia juga dapat disertai dengan sakit pada perut.

3. Sebagian anak lebih berisiko mengalami pneumonia

Sebenarnya pneumonia dapat dialami oleh semua anak. Namun, ada beberapa kondisi yang membuat anak tertentu lebih rentan terhadap pneumonia. Antara lain adalah:

  • Sistem kekebalan tubuh yang rendah, yang bisa diakibatkan kondisi kurang gizi, terutama pada bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
  • Memiliki gangguan sistem pernapasan lainnya, seperti misalnya asma.
  • Ada gangguan kesehatan lainnya, seperti paparan virus HIV atau sedang sakit campak.
  • Menurut UNICEF, sekitar separuh dari angka kematian anak akibat pneumonia disebabkan oleh polusi udara. Polusi udara bisa berasal dari luar rumah maupun dalam rumah, seperti penggunaan bahan bakar untuk memasak yang menimbulkan asap serta paparan asap rokok.

Pengobatan pneumonia pada anak dapat dilakukan sesuai faktor penyebab serta gejala pneumonia yang menyertai.

Pastikan si Kecil cukup beristirahat dan kebutuhan cairannya terpenuhi supaya bisa segera pulih. Selain itu, ajarkan juga kebiasaan mencuci tangan dan menjaga kebersihan.

Yang tidak kalah pentingnya adalah memastikan anak mendapatkan vaksinasi yang tepat untuk mencegah pneumonia. Saat ini, jenis vaksin yang telah tersedia untuk mencegah pneumonia pada anak adalah:

  • Vaksin PCV (pneumococcal conjugate vaccine), yang dapat memberi perlindungan terhadap 13 strain bakteri pneumococcal. Vaksin ini dapat diberikan pada anak berusia di bawah 59 bulan (atau sebelum 5 tahun).
  • Vaksin PPV (pneumococcal polysaccharide vaccine), yang dapat melindungi anak dari 23 strain bakteri pneumococcal. Vaksin ini dapat diterima oleh anak mulai usia 2 tahun.

Studi yang dimuat di jurnal The Lancet Regional Health menegaskan manfaat vaksin PCV dalam mencegah pneumonia pada anak. Hasil studi ini memaparkan bahwa pemberian vaksin PCV dapat menurunkan jumlah anak yang mengalami gangguan dengan gejala pneumonia sangat berat di Laos.

Selain vaksin PCV, terdapat dua jenis vaksin lainnya yang bisa mencegah pneumonia dan sudah masuk dalam program imunisasi rutin nasional untuk anak.

Pertama adalah vaksin campak, yang selain untuk mencegah campak juga bisa melindungi si Kecil dari pneumonia. Sedangkan yang kedua adalah vaksin HiB yang melindungi anak dari pneumonia akibat infeksi bakteri HiB (Haemophilus influenzae type b).

Baca juga: 3 Mitos Tentang Campak Pada Anak

Bila si Kecil belum pernah mendapatkan vaksinasi pneumonia, sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter anak. Anda juga bisa mencoba fasilitas vaksinasi anak drive thru untuk mengurangi waktu tunggu di rumah sakit, dengan menggunakan AlteaCare.

Segera unduh aplikasi AlteaCare di Google Playstore dan Appstore, kemudian temukan cara berkonsultasi yang efektif, aman, dan tepercaya dengan dokter spesialis andalan. Semua bisa dilakukan dari rumah saja!

Sumber:

  • WHO. Diakses pada 2021. Pneumonia
  • Nemours Kids Health. Diakses pada 2021. Pneumonia
  • Medscape. Diakses pada 2021. Pediatric Pneumonia
  • NCBI. Diakses pada 2021. Pediatric Pneumonia
  • UNICEF. Diakses pada 2021. Childhood pneumonia: Everything you need to know
  • Healthline. Diakses pada 2021. Everything You Need to Know About Pneumonia
  • National Health Service. Diakses pada 2021. Pneumococcal vaccine overview
  • The Lancet Regional Health - Western Pacific. Diakses pada 2021. The effectiveness of the 13-valent pneumococcal conjugate vaccine against hypoxic pneumonia in children in Lao People's Democratic Republic
  • Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada 2021. Indonesia Tegaskan Komitmen Pencegahan Pneumonia di Forum Internasional
0 Disukai
0 Komentar