Sindrom Crouzon pada Anak, Penyebab dan Pengobatannya

Ditulis oleh : dr. Iustitia Septuaginta Samben
Ditinjau oleh : Dr. dr. Indri Lakhsmi Putri, Sp.BP-RE (KKF)
Dr. dr. Indri Lakhsmi Putri Sp.BP-RE (KKF)Dokter Spesialis Bedah Plastik
Konsultasi dengan Dokter
Sindrom crouzon adalah kelainan genetik langka pada bagian tulang tengkorak bayi - AlteaCare | Foto: jcomp/Freepik

Sindrom crouzon adalah kelainan genetik langka pada bagian tulang tengkorak bayi - AlteaCare | Foto: jcomp/Freepik

Kamis, 22 Juni 2023

Definisi Sindrom Crouzon

Sindrom crouzon atau crouzon syndrome adalah kelainan genetik langka ketika bagian tulang tengkorak bayi yang disebut sutura menyatu terlalu cepat.

Akibatnya, proses pembentukan dan perkembangan dari tulang tengkorak dan beberapa bagian tertentu pada tulang yang membentuk wajah menjadi terganggu.

Penyatuan tulang tengkorak yang terlalu awal ini menjadi ciri khas dari kumpulan kondisi yang disebut juga craniosynostosis.

Normalnya, sutura pada tulang tengkorak bayi masih terbuka sehingga memungkinkan kepala bayi bertumbuh dan berkembang.

Namun jika sutura menutup terlalu cepat, maka tulang tengkorak dan wajah akan mengalami kelainan bentuk.

Penyebab Sindrom Crouzon

Salah satu penyebab sindrom crouzon atau crouzon syndrome adalah faktor genetik.

Kondisi ini disebabkan adanya mutasi dari salah satu gen FGFR, yang paling sering adalah gen FGFR2.

Gen FGFR2 berfungsi meregulasi produksi dari protein yang disebut reseptor faktor pertumbuhan fibroblast (fibroblast growth factors receptor/FGFR).

Saat janin bertumbuh, gen FGFR2 mengatur sel yang belum matang untuk berkembang menjadi sel tulang. Pada sindrom crouzon, mutasi genetik FGFR2 dapat mengubah protein FGFR.

Akibatnya, terjadi kelainan pada pertumbuhan tulang tengkorak dan wajah. Kemudian, dapat terjadi juga penyatuan yang terlalu dini pada jaringan fibrosa (sutura) di antara tulang.

Dalam beberapa kasus, kelainan dapat disebabkan adanya mutasi genetik yang spontan (de novo) pada sel telur atau sel sperma.

Dalam hal ini, penyebab kelainan bukan berasal dari faktor keturunan atau orangtua.

Faktor Risiko Sindrom Crouzon

Peluang seseorang dengan crouzon syndrome untuk menurunkan kondisinya kepada anaknya adalah 50%.

Baik laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama untuk mengalami sindrom crouzon.

Namun, sejumlah literatur kesehatan melaporkan, jumlah laki-laki dengan kelainan lebih banyak ini dibanding perempuan.

Crouzon syndrome ditemukan pada sekitar 1,6 dari 100.000 orang pada populasi umum.

Gejala Sindrom Crouzon

Tanda khas dari crouzon syndrome adalah perubahan bentuk kepala dan wajah.

Pada setiap individu kelainan bentuk pada tulang tengkorak dan wajah dapat bervariasi dari ringan hingga berat, termasuk di antara anggota keluarga yang sama.

Pada sindrom crouzon, craniosynostosis umumnya dimulai dalam satu tahun pertama usia anak, lalu berlanjut hingga terlihat gejala di sekitar usia 2 hingga 3 tahun.

Gejala craniosynostosis sudah muncul saat lahir, namun, pada kasus yang jarang, gejala masih belum muncul pada usia anak-anak.

Anak dengan sindrom ini bisa memperlihatkan beberapa tanda berikut:

  • kelainan bentuk kepala sebagai contoh bentuk kepala lebar di bagian depan dan pendek dari depan ke belakang
  • mata melotot dan lebar
  • kelainan bentuk tulang di bagian tengah wajah
  • kelainan bentuk rahang seperti rahang atas yang turun, atau rahang bawah yang menonjol
  • mengalami sleep apnea atau kesulitan bernapas karena kelainan bentuk wajah

Komplikasi Sindrom Crouzon

Beberapa kondisi kesehatan yang juga dapat menyertai crouzon syndrome adalah sebagai berikut:

1. Bibir Sumbing

Meskipun jarang, pada anak yang mengalami sindrom crouzon juga dapat ditemukan bibir sumbing atau sumbing di langit-langit mulut.

2. Peningkatan Tekanan Intrakranial

Kondisi otak yang tidak memiliki cukup ruang untuk tumbuh dapat menimbulkan kejang hingga kematian pada anak.

3. Chiari Malformation Tipe 1

Chiari malformation atau malformasi Chiari adalah kelainan struktural pada saluran penghubung antara ruang tengkorak dan ruang sumsum tulang belakang.

Kelainan ini menyebabkan sebagian jaringan otak kecil melewati saluran tersebut dan masuk ke ruang sumsum tulang belakang atau batang otak. Akibatnya, dapat terjadi penekanan pada batang otak.

Malformasi Chiari tipe 1 adalah jenis yang paling terjadi.

4. Gangguan Kecerdasan

Anak dengan sindrom crouzon, seperti halnya anak dengan Muenke syndrome maupun Saethre-Chotzen syndrome dapat memiliki risiko lebih besar untuk mengalami gangguan kecerdasan

5. Gangguan pada Mata

Kondisi kelainan pada bentuk wajah ini dapat menimbulkan gangguan penglihatan. Orang dengan sindrom ini rentan terhadap peradangan pada mata seperti keratitis dan konjungtivitis.

Crouzon syndrome juga dikaitkan dengan kelainan mata lainnya, seperti jarak antar mata yang lebih lebar (hipertelorisme) dan mata juling (strabismus).

Terkadang kondisi ini dapat menyebabkan penurunan penglihatan.

Selain itu, terjadinya penekanan pada saraf optik akibat adanya penekanan tekanan intraokular dapat menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan hingga kebutaan.

6. Gangguan Pendengaran

Daya pendengaran pada penderita sindrom crouzon juga dapat terdampak. Ini terjadi karena transmisi suara tidak dapat diantarkan ke otak, sehingga orang tersebut mengalami tuli sensorineural.

7. Gangguan Pernapasan

Pada sebagian bayi, gangguan pernapasan dapat terjadi akibat kelainan bentuk wajah dan saluran napas atas.

Gangguan ini dapat menimbulkan masalah kesehatan lain yang dapat mengancam nyawa.

8. Hydrocephalus

Sekitar 30 persen anak dengan kelainan ini dapat mengalami hydrocephalus, yaitu kondisi terganggunya aliran cairan otak dan tulang belakang.

Kondisi ini dapat meningkatkan tekanan di dalam tulang tengkorak, sehingga terjadi gangguan perkembangan otak dan kesulitan belajar pada anak.

Diagnosis Sindrom Crouzon

Dalam menentukan diagnosis, hal yang dilakukan dokter saat mendiagnosis crouzon syndrome adalah menanyakan riwayat kesehatan anak dan keluarga.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda dan gejala khas sindrom crouzon pada anak.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

  • Pemeriksaan genetik: dapat dilakukan jika didapati adanya mutasi spontan dan dari hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda dan gejala yang jelas untuk menegakkan diagnosis
  • Magnetic resonance imaging (MRI) dan computed tomographic (CT) scan kepala: untuk melihat adanya craniosynostosis atau kelainan tulang tengkorak lainnya

Apabila dari sejumlah pemeriksaan di atas dokter masih belum dapat memastikan, maka pemeriksaan molekular dapat dilakukan.

Namun, beberapa sindrom craniosynostosis dapat memiliki kelainan pada salah satu FGFR, sehingga dapat terjadi tumpang tindih terkait patofisiologi molekularnya.

Pengobatan Sindrom Crouzon

Penanganan untuk anak dengan sindrom crouzon dapat melibatkan beberapa ahli.

Dokter yang dapat terlibat adalah dokter spesialis anak, dokter spesialis bedah oral maxillofacial, dokter spesialis bedah plastik, dokter spesialis bedah saraf, dokter spesialis THT-KL, dan dokter spesialis mata.

Anak dengan crouzon syndrome yang ringan mungkin tidak perlu mendapatkan penanganan.

Namun, pada kelainan yang lebih berat, tindakan operasi dapat dilakukan untuk menangani kelainan pada tulang tengkorak dan wajah.

Tindakan operasi yang dilakukan untuk mengatasi crouzon syndrome adalah membuka sutura dan memberi ruang bagi otak untuk berkembang.

Setelah operasi, anak akan mengenakan penutup kepala khusus selama beberapa bulan untuk membentuk kembali kondisi tulang.

Tindakan operasi dapat juga dilakukan untuk:

  • mengurangi tekanan tulang tengkorak
  • memperbaiki bibir sumbing dan celah pada langit-langit mulut
  • memperbaiki kelainan rahang
  • meluruskan gigi-gigi yang bengkok
  • memperbaiki gangguan pada mata

Anak dengan gangguan pendengaran dapat menggunakan alat bantu dengar, pada kondisi ini juga dapat diberikan terapi bicara dan bahasa.

Pencegahan Sindrom Crouzon

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan crouzon syndrome adalah:

  • Pemeriksaan kehamilan. Hal ini perlu dilakukan oleh orangtua yang punya riwayat sindrom crouzon, yang meliputi pemeriksaan genetik prenatal, serta pemeriksaan ultrasonography (USG/ultrasound) baik 2 dimensi atau 3 dimensi untuk mengonfirmasi diagnosis sebelum kelahiran bayi.
  • Pemeriksaan sampel. Pada kehamilan risiko tinggi, pemeriksaan dengan mengambil sampel amniosentesis dan chorionic villus dapat dilakukan. Namun orang tua harus berdiskusi lebih lanjut dengan dokter terkait risiko dan manfaat sebelum melakukan pemeriksaan ini

Kapan Harus Ke Dokter?

Anda dapat melakukan konsultasi dan pemeriksaan dengan dokter apabila ditemukan tanda dan gejala sindrom crouzon pada anak, serta jika memiliki riwayat keluarga dengan kondisi ini.

Selain itu, Anda dapat melakukan konsultasi dengan dokter terkait pilihan terapi dan pengobatan yang sesuai untuk kondisi anak.

Bila ingin berkonsultasi lebih lanjut terkait crouzon syndrome serta penanganannya, Anda bisa buat janji dengan Dr. dr. Indri Lakhsmi Putri, Sp.BP-RE (KKF) di AlteaCare.





Referensi:

  • National Organization For Rare Disorders. Diakses pada Maret 2023. Crouzon Syndrome.
  • Medical News Today. Diakses pada Maret 2023. What Is Crouzon Syndrome?
  • Children’s National. Diakses pada Maret 2023. Pediatric Crouzon Syndrome.
  • Healthline. Diakses pada Maret 2023. Crouzon Syndrome.
  • National Library Of Medicine. Diakses pada Maret 2023. Crouzon Syndrome.
0 Disukai
0 Komentar