Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

Ditulis oleh : dr. Nabilla Aliffa Aulia
Ditinjau oleh : dr. Anindita Tathya Jati
Polycystic ovary syndrome dapat berkaitan dengan gangguan menstruasi - AlteaCare | Foto: Envato

Polycystic ovary syndrome dapat berkaitan dengan gangguan menstruasi - AlteaCare | Foto: Envato

Selasa, 31 Januari 2023

Definisi Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

Sindrom polikistik ovarium atau polycystic ovary syndrome (PCOS) adalah suatu kondisi kompleks yang memiliki karakteristik ketidakseimbangan hormon, menstruasi atau haid yang tidak teratur, dan/atau kista pada salah satu atau kedua ovarium (indung telur).

PCOS juga menjadi salah satu penyakit yang paling umum menyebabkan infertilitas pada wanita.

Wanita dengan PCOS memproduksi hormon pria, atau dalam bahasa medis hormon androgen, lebih dari normal. Ketidakseimbangan hormon ini menyebabkan gangguan pada menstruasi dan membuat wanita lebih susah untuk hamil.

PCOS menyerang wanita usia subur, tetapi gejala klinis biasanya terlambat disadari. Hal ini bisa karena wanita kadang kurang merasa khawatir dengan gejala yang muncul, seperti telat menstruasi.

Selain itu, wanita juga bisa mengalami gejala lainnya yang mirip dengan pertumbuhan yang normal terjadi selama dua tahun setelah menstruasi pertama.

Penyebab Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

Penyebab pasti dari polycystic ovary syndrome (PCOS) sampai saat ini belum jelas.

Namun, salah satu teori menyatakan bahwa PCOS muncul akibat interaksi kompleks antara genetik dengan faktor lingkungan seseorang.

Selain itu, penelitian juga menemukan adanya hubungan erat antara riwayat PCOS pada keluarga dengan munculnya gangguan ini.

Faktor Risiko Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

Hal-hal yang berkontribusi pada meningkatnya kemungkinan seseorang muncul polycystic ovary syndrome (PCOS) adalah sebagai berikut:

  • wanita dalam usia subur
  • memiliki berat badan berlebih
  • terdapat riwayat keluarga (ibu atau saudara perempuan) dengan PCOS
  • memiliki resistensi insulin

Gejala Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

Polycystic ovary syndrome (PCOS) memiliki berbagai macam gejala. Orang dengan PCOS kemungkinan tidak mengalami semua gejala yang ada.

Gejala yang paling sering ditemukan jika Anda mengidap PCOS adalah:

  • pertumbuhan rambut di tempat yang tidak diinginkan (hirsutism), seperti di wajah, dagu, payudara, atau perut
    rambut rontok
  • jerawatan atau muka berminyak
  • warna kulit lebih gelap di area ketiak, bawah payudara, tengkuk leher, atau daerah kemaluan
  • sering sulit tidur atau selalu merasa lelah
  • sakit kepala
  • gangguan menstruasi
  • sulit hamil
  • berat badan bertambah

Diagnosis Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

Dalam mendiagnosis polycystic ovary syndrome (PCOS), para ahli dapat menggunakan tiga kriteria. Salah satunya adalah kriteria Rotterdam yang disusun oleh the European Society of Human Reproduction and Embryology (ESHRE) dan the American Society for Reproductive Medicine (ASRM).

Menurut kriteria Rotterdam, setidaknya harus ada dua dari tiga kriteria yang harus terpenuhi dalam mendiagnosis PCOS, yaitu:

  • hiperandrogenisme: peningkatan hormon androgen dalam tubuh
  • oligo-ovulasi atau anovulasi: ditandai dengan adanya gangguan menstruasi, seperti menstruasi tidak rutin atau tidak menstruasi sama sekali
  • polikistik ovarium yang ditemukan pada hasil ultrasound (USG)

Orang yang didiagnosis mengalami PCOS umumnya memiliki risiko lebih tinggi terhadap sejumlah gangguan kesehatan.

Sekitar 50% orang dengan PCOS dapat mengidap diabetes serta lebih berisiko terhadap kondisi infark miokard atau matinya jaringan jantung karena sumbatan pada aliran darah pada jantung).

Selain itu, gangguan PCOS juga bisa berpengaruh pada kondisi dislipidemia (peningkatan kadar lemak dalam darah), tekanan darah tinggi, dan lain-lain.

Sedangkan terkait dengan kehamilan dan kesehatan organ reproduksi, PCOS dapat meningkatkan risiko terhadap sejumlah kondisi ini:

  • keguguran
  • diabetes pada kehamilan
  • preeklampsia (tekanan darah tinggi pada kehamilan)
  • persalinan prematur

Pengobatan Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

Mengingat penyebab utama polycystic ovary syndrome (PCOS) masih belum diketahui dengan pasti, pengobatan PCOS ditujukan untuk mengurangi gejala yang dirasakan.

Program terapi yang diberikan harus disesuaikan berdasarkan gejala yang muncul dan keinginan untuk hamil juga perlu dipertimbangkan.

Berikut ini adalah sejumlah sasaran dari terapi PCOS:

1. Perubahan Pola Hidup

Salah satu cara terbaik untuk mengatasi PCOS adalah makan dengan benar dan berolahraga secara teratur untuk menjaga berat badan.

Sebab, penurunan 5-10% dari berat badan saja sudah bisa mengurangi gejala yang dirasakan dan membuat pola menstruasi lebih teratur.

Mengurangi makanan manis biasanya juga harus dilakukan karena PCOS bisa mengakibatkan peningkatan kadar gula darah.

Sementara itu, berolahraga dan gaya hidup yang aktif juga bisa membantu menurunkan berat badan, serta mengontrol kadar gula darah dan insulin.

2. Mengatasi Gangguan Menstruasi

Kontrasepsi adalah pengobatan yang sering digunakan pada wanita dengan PCOS yang tidak sedang berencana untuk hamil.

Obat kontrasepsi seperti pil KB atau KB suntik bisa berguna untuk membuat menstruasi menjadi lebih teratur.

3. Mengatasi Pertumbuhan Rambut Berlebih

Salah satu gejala yang mungkin muncul akibat PCOS adalah pertumbuhan rambut secara berlebihan di tempat yang tidak diinginkan.

Hal ini bisa diatasi dengan metode hair removal atau menghilangkan rambut, seperti dengan laser hair removal.

4. Mengatasi Gangguan Fertilitas atau Kesuburan

Dokter bisa memberikan terapi untuk membantu wanita dengan PCOS untuk hamil.

Caranya bisa dengan suntik terapi hormon gonadotropin, atau bisa juga dengan prosedur operasi ovarian drilling atau pengeboran ovarium.

Prosedur operasi pengeboran ovarium ini dapat mengubah kadar hormon dalam tubuh, sehingga memudahkan wanita dengan PCOS untuk terjadi ovulasi (lepasnya sel telur dari indung telur sehingga kemudian bisa terjadi proses pembuahan dengan sperma).

Pencegahan Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

Karena sampai saat ini penyebab terjadinya polycystic ovary syndrome belum diketahui, maka pencegahan terjadinya PCOS juga belum bisa dipastikan.

Faktor genetik, resistensi terhadap insulin, dan juga proses inflamasi atau pembengkakan dalam tubuh berkaitan dengan peningkatan produksi hormon androgen. Kita ingat, meningkatnya hormon androgen adalah salah satu kriteria dalam diagnosis PCOS

Sementara itu, obesitas atau berat badan berlebih adalah penyebab utama dari resistensi insulin yang bisa meningkatkan risiko terjadinya PCOS.

Sedangkan, obesitas juga berkontribusi pada proses inflamasi dalam tubuh. Kesimpulannya, untuk menurunkan risiko mengalami PCOS, kita perlu menjaga berat badan agar berada di tataran ideal.

Kapan Harus ke Dokter?

Polycystic ovary syndrome (PCOS) sering terlambat diketahui karena tidak segera berkonsultasi dengan dokter. Padahal, dampak dari penyakit ini cukup besar, karena bisa menyebabkan infertilitas.

Karena itu, segera buat janji dengan dokter spesialis jika Anda mengalami beberapa kondisi berikut:

  • tidak menstruasi padahal Anda sedang tidak hamil
  • mengalami gejala khas PCOS lainnya, seperti tumbuh rambut pada wajah dan tubuh
  • tidak kunjung hamil sementara Anda sudah berusaha menjalani program hamil selama lebih dari 12 bulan
  • Mengalami sejumlah gejala khas diabetes, seperti rasa haus atau lapar berlebih dan penurunan berat badan

Anda bisa komunikasikan gejala yang dialami melalui video call dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan di AlteaCare. Dokter dapat merekomendasikan Anda melakukan pemeriksaan yang dibutuhkan apabila diperlukan.

Anda juga bisa buat janji melalui aplikasi untuk bertemu dokter langsung di tempat praktiknya. Ini lebih praktis dan hemat waktu karena tidak perlu antre.

Yuk, gunakan AlteaCare sebagai solusi kesehatan dan segera buat janji dengan dokter spesialis andalan!





Referensi:

  • National Center for Biotechnology Information. Diakses pada Mei 2021. Polycystic Ovarian Syndrome.
  • Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada Mei 2021. PCOS (Polycystic Ovary Syndrome) and Diabetes.
  • WebMD. Diakses pada Mei 2021. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS).
  • Medscape. Diakses pada Mei 2021. Polycystic Ovarian Syndrome.
  • Healthline. Diakses pada Mei 2021. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS): Symptoms, Causes, and Treatment.
  • American Academy of Family Physicians. Diakses pada Mei 2021. Diagnosis and Treatment of Polycystic Ovary Syndrome.
0 Disukai
0 Komentar