Ini Dia Penyebab Ketindihan Saat Tidur yang Sebenarnya!

Ditulis oleh : Theofilus Richard
Ditinjau oleh : Fairuz Fakhrana Linati, S.Psi
Insomnia bisa jadi salah satu penyebab ketindihan yang umum - AlteaCare | Foto: Envato

Insomnia bisa jadi salah satu penyebab ketindihan yang umum - AlteaCare | Foto: Envato

Senin, 07 November 2022

Sobat Altea pernah dengar cerita orang yang suatu malam terbangun dari tidur tapi tidak bisa bergerak sama sekali? Atau malah pernah alami sendiri? Kondisi ini sering kita sebut “ketindihan”. Pasti seram, ya, pengalaman ini. Tapi apa benar penyebab ketindihan itu makhluk halus?

Mitos ketindihan sudah ada sejak zaman nenek moyang kita dulu. Konon, terbangun di tengah malam dan tidak bisa menggerakkan badan adalah pertanda tubuh kita sedang ditindih makhluk halus.

Yang bikin makin merinding, terkadang pada saat bersamaan kita bisa lihat sosok hantu atau makhluk yang menyeramkan.

Fenomena ini pun seolah-olah membenarkan mitos tersebut. Tapi, jangan takut, Sobat Altea! Sebab, ada penjelasan ilmiah kenapa kita sampai mengalami kondisi ini.

Untuk lebih jelasnya, yuk, simak penjelasan mengenai penyebab ketindihan di bawah ini!

Penyebab Ketindihan Secara Ilmiah

Kondisi “ketindihan” dalam dunia medis disebut sleep paralysis atau kelumpuhan saat tidur.

Sleep paralysis terjadi saat kita hilang kendali atas otot-otot tubuh saat tidur atau bangun. Gangguan ini termasuk salah satu jenis parasomnia atau perilaku abnormal selama tidur.

Normalnya, saat tidur kita bisa masuk ke fase REM (rapid eye movement). Ketika itu, otot akan istirahat dan tidak bergerak, atau bisa dibilang lumpuh sementara. Sementara itu, kita juga dalam kondisi tidur lelap hingga bermimpi.

Nah, ketindihan terjadi ketika kita sudah masuk fase REM, tapi otak masih bekerja. Jadi, kita sebenarnya sudah sadar, tapi masih berada di fase REM dan otot tubuh juga dalam kondisi lumpuh.

Itu sebabnya, kita jadi merasa berat dan tidak bisa bergerak, bagaikan sedang ditindih oleh sesuatu yang besar. Inilah yang lalu dihubungkan orang sebagai makhluk halus.

Penelitian yang dimuat di jurnal Nature and Science of Sleep menyebutkan, sleep paralysis banyak berkaitan dengan kualitas tidur dan gejala insomnia. Lebih lanjut, gangguan ini juga sering terjadi bersamaan dengan mimpi buruk dan sindrom kepala meledak.

Sindrom kepala meledak adalah salah satu jenis gangguan tidur yang membuat Anda seolah-olah mendengar suara keras atau ledakan. Nyatanya, suara ini tidak ada, tapi bisa bikin Anda mendadak terbangun.

Baca Juga: Mau Tidur Pulas? Hindari 7 Kebiasaan Buruk Ini Sebelum Tidur

6 Faktor Pemicu Ketindihan

Setelah tahu penyebab ketindihan, Sobat Altea juga pasti ingin tahu, apa saja yang bisa jadi pemicu sleep paralysis?

Menurut peneliti, sleep paralysis bisa disebabkan beberapa faktor berikut:

1. Narkolepsi

Narkolepsi adalah gangguan tidur yang bikin orang bisa tiba-tiba mengantuk dan tertidur tanpa kenal waktu.

Menurut penelitian yang dimuat di Nature and Science of Sleep, orang yang menderita narkolepsi kerap mengalami sleep paralysis. Para ahli menduga, hal ini disebabkan kurangnya protein yang digunakan untuk mengirimkan informasi antar sel-sel di hipotalamus.

2. Hipersomnia Idiopatik

Hipersomnia idiopatik adalah gangguan ditandai oleh kelelahan meski meski sudah tidur sangat lama di malam hari.

Satu penelitian menemukan, orang dengan gangguan hipersomnia punya kecenderungan tinggi mengalami sleep paralysis. Namun, penelitian lain belum menemukan korelasi langsung antara sleep paralysis dan hipersomnia idiopatik.

3. Sleep Apnea

Menurut penelitian, sleep apnea bisa jadi salah satu faktor penyebab ketindihan atau sleep paralysis.

Meski korelasinya belum dapat dipastikan, peneliti menduga terganggunya fase tidur REM terjadi akibat terhambatnya saluran pernapasan. Nah, terhambatnya saluran pernapasan ini adalah ciri khas sleep apnea. Kondisi ini bisa membuat napas terhenti saat tidur, mengorok, dan susah tidur.

Mengutip dari Sleep Foundation, 37% orang dengan gangguan obstructive sleep apnea (OSA) mengaku mengalami sleep paralysis. Orang yang alami OSA sering terbangun dan kurang tidur. Sementara itu, kurang tidur bisa menyebabkan sleep paralysis.

4. Insomnia

Satu penelitian menemukan, orang dengan sleep paralysis cukup parah punya kemungkinan lebih tinggi untuk alami insomnia. Gangguan ini dapat dianggap parah bila dialami setidaknya seminggu sekali.

Sementara, orang tanpa atau punya gangguan yang ringan terbilang sangat jarang mengalami insomnia.

5. Gangguan Kesehatan Mental

Gangguan kesehatan mental juga bisa jadi salah satu penyebab sleep paralysis.

Melansir Sleep Foundation, orang dengan gangguan kecemasan dan panik bisa berisiko lebih tinggi mengalami sleep paralysis.

Studi lain menemukan bahwa sleep paralysis juga dialami orang dengan gangguan post-traumatic stress disorder (PTSD). Begitu juga dengan orang yang mengalami pengalaman traumatis, semisal menjadi korban pelecehan seksual atau kekerasan.

Selain itu, berhenti mengonsumsi antidepresan juga dapat memicu gangguan pada fase tidur REM, yang kemudian menyebabkan sleep paralysis.

Gangguan kesehatan mental lainnya yang juga berkaitan dengan ketindihan adalah skizofrenia. Orang yang memiliki gangguan skizofrenia disertai gangguan berat pada tidur malam dapat juga mengalami sleep paralysis.

6. Kurang Tidur

Kalau tak mau alami fenomena “ditindih makhluk halus” saat tidur, mulai hari ini Anda harus cukup tidur, Sobat Altea! Pasalnya, tidur kurang dari 8 jam sehari tidur juga bisa jadi penyebab ketindihan.

Mengutip Sleep Foundation, kurang tidur dapat pengaruhi fase tidur REM. Anda bisa alami tidur REM lebih banyak daripada normalnya, sehingga akhirnya bisa alami sleep paralysis.

Selain itu, yang perlu diperhatikan juga adalah posisi tidur. Studi yang dimuat di jurnal Advanced Science Letters menyebutkan, sebagian besar gangguan sleep paralysis dialami saat tidur sendirian dan dalam posisi telentang.

Baca Juga: Tidur Terlalu Lama Tidak Baik Buat Kesehatan, Ini Alasannya

Cara Mencegah Sleep Paralysis

Sleep paralysis bisa bikin tidur jadi tak nyaman. Apalagi kalau Anda sampai halusinasi lihat makhluk yang seram-seram. Ngeri!

Nah, untuk mencegah hal tersebut, Sobat Altea bisa melakukan beberapa hal berikut:

  • kelola stres sebaik mungkin dan hindari penyebab stres
  • olahraga secara teratur
  • tidur yang cukup setiap hari
  • buat jadwal tidur dan ikuti dengan disiplin
  • bila mengonsumsi obat-obatan rutin, ikuti dosis dan petunjuk dari dokter
  • jalani terapi untuk perbaiki kebiasaan tidur (jika diperlukan)
  • ikut konseling untuk atasi trauma
  • lakukan yoga atau latihan pernapasan

Itulah sejumlah penyebab ketindihan saat tidur yang harus Anda ketahui.

Sobat Altea yang alami gangguan tidur, coba video call dengan dokter spesialis tidur di AlteaCare saja!

Yuk, unduh aplikasi AlteaCare dan segera buat janji dengan dokter andalan!





Sumber:

  • Sleep Foundation. Diakses pada Juni 2022. What You Should Know About Sleep Paralysis
  • Denis, D. (2018). Relationships between sleep paralysis and sleep quality: current insights. Nature and science of sleep, 10, 355.
  • Sleep Foundation. Diakses pada Juni 2022. REM Rebound
  • Healthline. Diakses pada Juni 2022. Sleep Paralysis
  • Chaube, N., & Nathawat, S. S. (2018). Sleep Paralysis: Its Genesis and Qualitative Analysis of Case Histories. Advanced Science Letters, 24(5), 3347-3351.
0 Disukai
0 Komentar