Ketahui Penyebab Resistensi Antibiotik dan Cara Mencegahnya

Ditulis oleh : Theofilus Richard
Ditinjau oleh : dr. Pratiwi Utami
Bijak menggunakan antibiotik bisa mencegah terjadinya resistensi antibiotik - AlteaCare | Foto: Envato

Bijak menggunakan antibiotik bisa mencegah terjadinya resistensi antibiotik - AlteaCare | Foto: Envato

Jumat, 24 Juni 2022

Pernahkah Anda mengonsumsi antibiotik yang diresepkan dokter, tetapi tidak mempan untuk menyembuhkan sakit? Jika itu terjadi, mungkin saja Anda mengalami resistensi antibiotik.

Resistensi antibiotik adalah kondisi ketika antibiotik tidak mampu membunuh atau menahan laju pertumbuhan bakteri.

Padahal, antibiotik adalah salah satu obat yang diandalkan ketika terserang infeksi. Kalau ini Anda alami, segera dapatkan penanganan dari dokter dan jangan malah inisiatif menambah dosis atau mencari jenis antibiotik sendiri, ya.

Mengutip dari The Lancet, pada 2019 saja sebanyak 1,27 juta orang di seluruh dunia, meninggal akibat resistensi antibiotik.

Apa yang Terjadi Saat Alami Resistensi Antibiotik?

Supaya bisa memahami kondisinya, kita ambil satu contoh seorang penderita tuberkulosis yang mengalami resistensi antibiotik.

Penyakit yang satu ini mengharuskan seseorang untuk mengonsumsi antibiotik dengan dosis yang sama, selama enam bulan hingga satu tahun. Bahkan, dokter pun tidak dapat mengubah dosisnya selama kurun waktu tersebut.

Antibiotik berperan untuk membunuh kuman penyebab infeksi. Namun, dalam perjalanannya, kuman dapat bertahan, semakin bertambah jumlahnya, dan, menjadi semakin kebal terhadap antibiotik yang diminum penderita tuberkulosis dalam contoh kita ini.

Akhirnya, antibiotik yang dikonsumsi tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.

Pertanyaannya sekarang, apa yang membuat kuman malah semakin kebal terhadap antibiotik?

Simak apa saja penyebabnya berikut ini!

Baca Juga: Batuk Tidak Kunjung Sembuh? Hindari Beberapa Hal Ini!

Apa yang Menyebabkan Resisitensi Antibiotik?

Perlu diluruskan, kondisi resistensi antibiotik tidak merujuk pada seseorang, namun kuman yang ada di dalam tubuhnya.

Beberapa hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik:

1. Kuman Itu Sendiri

Secara umum, resistensi antibiotik dapat disebabkan oleh bakteri itu sendiri. Saat berada dalam tubuh kita, kuman dalam bentuk bakteri maupun jamur akan mencari cara supaya bisa berkembang biak.

Dengan sendirinya, kuman pun akan mengembangkan kemampuannya untuk melawan obat yang didesain untuk membunuh mereka.

2. Terlalu Banyak Mengonsumsi Antibiotik

Kebiasaan mengonsumsi antibiotik tanpa resep dokter saat sakit bisa menimbulkan kondisi resistensi antibiotik.

Semakin banyak antibiotik yang kita konsumsi dapat menurunkan sensitivitas tubuh terhadap obat. Bakteri dalam tubuh menjadi semakin terbiasa dengan keberadaan antibiotik di dalam sistem tubuh, sehingga menemukan cara efektif untuk melawannya.

Hal inilah yang membuat bakteri menjadi resisten dan tetap bereproduksi di dalam tubuh.

3. Mengonsumsi Antibiotik Tidak Sesuai Resep

Sering inisiatif mengubah dosis atau durasi minum antibiotik sehingga tidak sesuai anjuran dokter? Nah, ini juga bisa membuat bakteri dalam tubuh jadi resisten.

Saat harus mendapat resep antibiotik, dokter biasanya akan memberi petunjuk berapa banyak antibiotik harus dikonsumsi dalam sehari. Dan, hingga berapa lama obat ini perlu diminum. Petunjuk ini tentunya didasarkan pengamatan akan kondisi penyakit yang Anda alami.

Tapi, katakanlah kita hanya minum satu hari dan berhenti karena merasa tubuh sudah lebih baik, padahal dokter meresepkan untuk lima hari. “Kebandelan” kita ini membuat obat tidak bisa “berperang” secara efektif melawan bakteri.

Saat kita berhenti minum antibiotik, bakteri yang sebenarnya sudah mulai takluk kemudian dapat bertahan, semakin berkembang biak, dan mengenali kekuatan obat. Akhirnya antibiotik pun tidak mempan lagi.

Begini Caranya Supaya Tidak Terjadi Resistensi Antibiotik

Beberapa hal ini bisa kita lakukan agar bakteri dan kuman di dalam tubuh tidak resisten terhadap antibiotik:

1. Hanya Minum Bila Diresepkan Dokter

Antibiotik bukanlah obat bebas, ya, Sobat Altea. Karenanya, hindari godaan untuk mencari antibiotik di marketplace atau membelinya sendiri di apotek terdekat tanpa resep dokter.

Penting untuk terlebih dulu berkonsultasi dengan dokter seputar penyakit yang dialami. Bila dokter tidak menganjurkan antibiotik, berarti kita memang dianggap tidak membutuhkannya.

Minum antibiotik tanpa resep dokter bisa membuat penyakit bertambah parah. Selain itu, bakteri pun bisa kebal terhadap obat tersebut.

2. Bila Diresepkan, Minum Sesuai Anjuran

Cara paling ampuh mencegah resistensi antibiotik adalah dengan mengonsumsi obat sesuai resep yang diberikan dokter.

Pastikanlah Anda tidak mengurangi atau menambah dosis dari resep yang diberikan dokter. Hindari juga menghentikan konsumsi obat sebelum waktu yang disarankan dokter, dengan alasan apa pun juga.

Bila setelah durasi yang disarankan Anda masih merasa belum sembuh, berkonsultasilah kembali dengan dokter. Hindari menebus resep yang sama lagi di apotek.

3. Jangan Berbagi Obat dengan Orang Lain

Dokter dapat meresepkan obat antibiotik berbeda pada setiap orang, sesuai dengan kondisi penyakit yang dialami masing-masing.

Maka dari itu, meski ada teman Anda yang punya gejala dan penyakit serupa, bukan berarti Anda bisa berbagi obat dengannya. Tidak dianjurkan juga untuk menghabiskan antibiotik sisa orang lain.

4. Lakukan Imunisasi

Sejumlah penyakit sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin. Jadi, kita tidak perlu sampai jatuh sakit dan akhirnya harus mengonsumsi antibiotik untuk membunuh bakteri, bahkan sampai harus dalam jangka panjang.

Beberapa contoh penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi adalah tuberkulosis, pneumonia, dan meningitis.

5. Jaga Kebersihan

Faktor sanitasi yang buruk secara tidak langsung dapat meningkatkan risiko resistensi antibiotik. Misalnya, membiarkan saluran air dekat rumah kotor sehingga bakteri dapat mudah masuk ke tubuh kita.

Bila infeksi sudah menyerang dan menyebabkan peradangan, tubuh kita pun mungkin butuh antibiotik untuk melawannya. Sementara, terlalu sering minum antibiotik bisa memicu terjadinya resistensi.

Maka dari itu, kita harus memastikan sanitasi lingkungan tempat tinggal dalam kondisi bersih.

Rajinlah cuci tangan secara rutin, siapkan makanan secara higienis, dan hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.

Baca juga: Ingin Rumah Bebas Alergi? Yuk, Sering Bersihkan 4 Tempat Ini!

Itulah beberapa hal yang berkaitan dengan resistensi antibiotik dan cara mencegahnya.

Bila Anda mengalami gangguan kesehatan akibat infeksi bakteri, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter dan tidak berupaya mengobati diri sendiri dengan membeli antibiotik secara mandiri.

Anda bisa lakukan telekonsultasi dengan dokter di AlteaCare untuk mendapat rujukan pemeriksaan dan pembelian obat resep. Obat dapat sampai rumah, sehingga Anda bisa lebih banyak beristirahat.

Yuk, unduh aplikasi AlteaCare dan buat janji dengan dokter andalan!




Sumber:

  • Murray, C. J., Ikuta, K. S., Sharara, F., Swetschinski, L., Aguilar, G. R., Gray, A., ... & Naghavi, M. (2022). Global burden of bacterial antimicrobial resistance in 2019: a systematic analysis. The Lancet, 399(10325), 629-655.
  • Scientific American. Diakses pada April 2022. A Faster Way to Diagnose Antibiotic Resistance
  • Ventola, C. L. (2015). The antibiotic resistance crisis: part 1: causes and threats. Pharmacy and therapeutics, 40(4), 277.
  • React Group. Diakses pada April 2022. Addressing the antibiotic resistance threat – the role of water, sanitation and hygiene.
  • Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada April 2022. Antibiotic / Antimicrobial Resistance (AR / AMR)
  • Web MD. Diakses pada April 2022. What You Need to Know About Antibiotic Resistance
  • WHO. Diakses pada April 2022. Antibiotic resistance
0 Disukai
0 Komentar