Depresi Anak Meningkat Saat Pandemi, Ortu Perlu Lakukan Ini

Ditulis oleh : Yoga Prasetyo
Ditinjau oleh : dr. Rr. Rizki Arinda Demia Larasati
Jumlah anak yang depresi di masa pandemi mengalami peningkatan signifikan - AlteaCare | Foto: Envato

Jumlah anak yang depresi di masa pandemi mengalami peningkatan signifikan - AlteaCare | Foto: Envato

Jumat, 22 Juli 2022

Sudah bukan rahasia lagi kalau depresi juga bisa dialami oleh anak-anak. Apalagi ditambah dengan pandemi. Menurut hasil riset dari UNICEF, depresi pada anak layaknya fenomena gunung es.

Karena depresi sering kali luput dari pengamatan, sebagian besar orangtua tidak tahu kalau sang buah hati ternyata mengalami depresi.

Melansir dari WebMD, gejala anak dengan depresi bisa bervariasi. Kondisi ini kerap tidak terdiagnosis sehingga tidak ditangani dengan tepat. Sebab, orangtua sering mengira anak sedang mengalami gangguan emosi atau psikologis, yang wajar terjadi pada usianya.

Yuk, kita telusuri lebih lanjut seperti apa depresi pada anak berikut ini!

Depresi Pada Anak Selama Pandemi

Dunia anak-anak adalah bermain. Ketika pandemi datang, semua harus terhenti.

Anak terpaksa berada di rumah selama berbulan-bulan, hingga kondisi psikis anak jadi terpengaruh. Mereka seperti kehilangan dunianya.

Studi yang dimuat di JAMA Pediatrics menyebutkan, depresi dan kecemasan pada anak dan remaja meningkat selama pandemi hingga dua kali lipat. Kondisi ini dibandingkan dengan sebelum pandemi.

Hal ini dikarenakan terganggunya aktivitas anak sehari-hari, sehingga mereka tidak bisa bermain dengan teman. Bahkan, tidak sedikit anak yang juga kehilangan anggota keluarganya. Semua ini bisa membuat anak diliputi rasa takut dan cemas.

Tidak hanya itu, Sobat Altea. Menurut UNICEF, memasuki tahun ketiga pandemi, kondisi kesehatan dan kesejahteraan mental anak-anak terus menurun.

Baca juga: Depresi

Gejala Depresi pada Anak

Setiap anak dapat mengalami gejala depresi yang berbeda-beda. Namun, umumnya gejala yang dialami anak mirip dengan yang dialami orang dewasa.

Untuk itu, orangtua perlu mencermati perilaku anak sehari-hari. Perhatikan setiap aktivitas yang dilakukan anak. Apakah ada perubahan yang cukup drastis dari sebelumnya?

Mengutip dari Kementerian Kesehatan RI, berikut ini gejala depresi yang terlihat pada anak:

  • sering menyendiri atau mengurung diri di kamar
  • menjauhi teman-temannya
  • lebih sensitif, rewel, atau mudah marah
  • sering menangis
  • sulit berkonsentrasi
  • perubahan nafsu makan dan tidur - bisa berlebihan atau berkurang

Bila Sobat Altea mengamati hal ini terjadi pada si Kecil di rumah dan berlangsung selama lebih dari dua minggu, jangan anggap remeh, ya. Segera konsultasikan hal ini dengan psikolog anak agar segera dapat penanganan.

Jangan anggap gejala depresi yang dialami anak sekadar kondisi moody karena ia sedang puber atau lagi ngambek pada orangtuanya. Kondisi ini tidak bisa hilang dengan sendirinya dan butuh bantuan profesional.

Ini yang Perlu Orangtua Lakukan

Ketika anak mengalami depresi, orangtua perlu selalu mendampingi.

Misalnya, memastikan kebutuhan fisik anak tercukupi karena ada kemungkinan ia tidak nafsu makan. Anak yang sedang depresi terkadang juga merasakan keluhan fisik seperti lelah, sakit perut, atau sakit kepala.

Selain itu, orangtua juga perlu memastikan kondisi psikis anak dapat mengalami perubahan yang lebih baik. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dilakukan orangtua untuk mengatasi depresi pada anak:

1. Siap Untuk Mendengarkan Anak

Saat anak sudah menunjukkan gejala depresi, orangtua perlu mendekatkan diri dan menyediakan waktunya untuk anak. Sebisanya, ajak anak untuk bicarakan apa yang ia rasakan dan jadilah pendengar yang baik.

Mendengarkan berarti menyimak dengan penuh perhatian serta berusaha memahami apa informasi yang disampaikan anak. Jadi, sebisanya jangan terlalu banyak berkomentar, apalagi menghakimi dan menyalahkan. Cobalah memahami sudut pandang anak.

Hal ini akan dapat membantu anak untuk berbagi beban jiwa yang ia rasakan. Selain itu, anak bisa merasa lebih tenang dalam proses pemulihan depresi karena tahu ada orangtua sebagai pihak yang bisa ia percaya.

2. Ajak Anak Berkonsultasi

Depresi pada anak, terutama bila sudah berat, mungkin tidak bisa diselesaikan hanya dengan sesi curhat dengan orangtua. Untuk itu, kita pun perlu minta bantuan dari profesional, misalnya psikolog.

Karenanya, coba ajak anak temui psikolog untuk konseling. Psikolog akan memeriksa kondisi psikis anak, lalu menyusun program untuk mengatasi depresinya.

Anak dapat menjalani psikoterapi atau cognitive-behavioral therapy (CBT) yang bisa membantu mengatasi gangguan depresi yang dialami.

Tugas orangtua adalah mendampingi anak selama menjalani terapi dan juga dalam proses pemulihannya dalam rutinitas sehari-hari.

3. Sabar dan Penuh Kasih

Saat gejala depresi membuat anak sedikit-sedikit marah, bad mood, atau kelewat emosional sehingga gampang menangis, orangtua harus banyak sabar.

Perlakukan si Kecil dengan penuh kasih sayang. Anda juga bisa konsultasi dengan psikolog untuk tahu bagaimana cara menghadapi sikap si Kecil tanpa terbawa emosi.

Sikap positif dari orangtua akan menguatkan anak dalam proses menuju kesembuhan dari depresi.

4. Nikmati Kebersamaan Dengan Anak

Tugas orangtua bukan hanya memastikan anak minum obat yang diresepkan oleh psikiater secara teratur. Namun, juga untuk menciptakan suasana di rumah yang nyaman untuk anak.

Lakukan berbagai aktivitas bersama anak yang bisa memperkuat bonding. Mulai dari nonton, bermain, memasak, baca buku, atau membawa binatang peliharaan berjalan-jalan keliling komplek.

Kalau ada waktu, ajak anak vacation sejenak di luar kota. Ini juga bisa bantu anak buat dapat momen khusus untuk healing, sekaligus mendekatkan relasinya dengan orangtua.

Baca juga: 5 Aktivitas Ini Perlu Dilakukan Bareng Anak. Biar Lebih Bonding!

Sobat Altea yang sedang resah akan perubahan perilaku anak selama pandemi, jangan ragu untuk lakukan telekonsultasi dengan psikolog ataupun psikiater di AlteaCare.

Yuk, unduh aplikasi AlteaCare dan buat janji telekonsultasi segera!




Sumber:

  • JAMA Network. Diakses pada April 2022. Global Prevalence of Depressive and Anxiety Symptoms in Children and Adolescents During COVID-19
  • P2PTM Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada April 2022. Apa sajakah gejala Depresi pada Anak ?
  • Psychology Today. Diakses pada April 2022. Listening Skills Test
  • Society of Clinical Child & Adolescent Psychology. Diakses pada April 2022. What is CBT?
  • St. Judge Children's Research Hospital. Diakses pada April 2022. Children and teens taking antidepressants
  • UNICEF. Diakses pada April 2022. Dampak COVID-19 terhadap rendahnya kesehatan mental anak-anak dan pemuda hanyalah ‘puncak gunung es’
  • WebMD. Diakses pada Juli 2022. Depression in Children
  • Nemours Kids Health. Diakses pada Juli 2022. Childhood Depression: What Parents Need to Know
0 Disukai
0 Komentar